A. DEFINISI STROKE NON HEMORAGIC
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu dapat diakibatkan oleh terjadinya penyumbatan atau perdarahan di otak. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu (Dr Jalalin SpRM). Stroke Non Hemorragi dapat diakibatkan oleh :
a. Thrombosis Serebsi (TS). penyempitan lumen pembuluh darah otak terjadi secara perlahan oleh karena proses arteriosklerosis. Masih bersifat reversibel dan dapat membaik bila tekanan darah cepat naik kembali/membaik (fase penumbra).
b. Emboli Serebri (ES). penyempitan/penyumbatan pembuluh darah terjadi secara mendadak/akut, dengan sumber utama emboli dari jantung.
c. Serangan Otak Iskemik Sepintas atau Transient Ischemic Attack(SOS/TIA). Sebagai akibat dari terhentinya aliran darah yang menuju ke otak disebabkan sumbatan yang berasal dari emboli dan trombosis serebri.
C. ETIOLOGI
Stroke non haemoragik, sangat erat hubungannya dengan atherosclerosis. Kata atherosclerosis digunakan bagi sekelompok kelainan yang mengakibatkan menebalnya serta mengurangnya kelenturan (elasitis) dinding pembuluh darah arteri.
Terdapat 3 jenis atherosclerosis, yaitu:
1)atherosclerosis (ditandai oleh pembentukan ateromata (plaque intima) fokal,
2)sclerosis Monckeberg (ditandai oleh pengapuran pada tunika media pembuluh darah arteria)
3)atherosclerosis dengan ditandai oleh proliferasi fibro - muscular atau penebalan endotel dinding arteri berukuran kecil dan arteriol (Lumantobing 2003).
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :
1)Lumen arteri menyempit dan menyebabkan berkurangnya aliran darah.
2)Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis atau perdarahan pada ateroma.
3)Merupakan tempat untuk terjadinya thrombus dan kemudian dapat melepaskan kepingan thrombus (embolus).
4)menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian dapat robek (Lumantobing, 2003).
Adapun faktor-faktor resiko lain yang menjadikan seseorang untuk mudah terserang stroke diantaranya :
1)Umur Lebih tua lebih mungkin untuk mengidap ‘stroke’.
2)Diabetes militus.
3)Faktor Keturunan Orang-orang yang mempunyai faktor keturunan untuk mengembangkan ateroma (aterogenik).Dalam kelompok ini tergolong orang-orang dengan hiperlipidemia dan hiperurikasidemia. (Sidharta, 1999)
4)Kelainan jantung Baik orang muda maupun tua kedua-duanya mempuyai faktor resiko besar untuk mengidap ‘stroke’ bila mereka mempuyai penyakit jantung. Beberapa jenis kelainan jantung dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan stroke.
5)Merokok. Efek merokok terhadap ‘stroke’ tidak begitu nyata dibanding terhadap ‘coronary heart disease’.
6)Obat pencegah kehamilan Obat anti hamil merupakan faktor resiko bagi wanita.
7) Hipertensi. Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko terkena stroke sebanyak 30%.
8)Obat-obatan yang dapat menimbulkan addiksi (heroin, kokain, amfetamin), obat-obatan kontrasepsi, dan obat-obatan hormonal lain.
9)Kelainan-kelainan hemoreologi darah, seperti anemia berat, polisitemia, kelainan koagulopati.
10) Beberapa penyakit infeksi, misalnya rematik dan herpest zooter.
E. TANDA DAN GEJALA
1)Adanya serangan defisit neurologis fokal, berupa Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
2)Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar.
3)Mulut, lidah mencong.
4) Gangguan menelan : sulit menelan, minum suka keselek.
5)Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan atau gangguan bicara berupa pelo, sengau, ngaco, dan kata-katanya tidak dapat dimengerti atau tidak dipahami (afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah-sepatah kata yang terucap.
6)Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
7) Tidak memahami pembicaraan orang lain.
8) Tidak mampu membaca dan menulis, dan tidak memahami tulisan.
9) Tidak dapat berhitung, kepandaian menurun.
10)Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
11) Hilangnya kendalian terhadap kandung kemih, kencing yang tidak disadari.
12) Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil.
13) Menjadi pelupa ( dimensia).
14) Vertigo ( pusing, puyeng ), atau perasan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas.
15) Awal terjadinya penyakit (Onset) cepat, mendadak dan biasanya terjadi pada saat beristirahat atau bangun tidur.
16)Hilangnya penglihatan, berupa penglihatan terganggu, sebagian lapang pandangan tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda sesaat.
17)Kelopak mata sulit dibuka atau dalam keadaan terjatuh.
18)Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau pendengaran berkurang.
19) Menjadi lebih sensitif: menjadi mudah menangis atau tertawa.
20) Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur.
21) Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik, sempoyongan, atau terjatuh.
22) Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri.
F. PATOLOGI
Pengaliran Darah ke Otak dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
1. Tekanan Perfusi. Tekanan untuk memompa darah ke otak disebut tekanan perfusi (TP). Otak mempunyai kemampuan “otoregulasi” yaitu kemampuan otak untuk mengatur agar aliran darahnya tetap konstan. Kemampuan mengatur arteriola untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan untuk dilatasi bila tekanan darah sistemik menurun (pada tekanan darah 50-150 mmHg). Hal lain yang mempengaruhi Tekanan perfusi adalah Cardiac Output (CO) atau curah jantung.
2. Keadaan Pembuluh Darah. Bila ada arteriosklerosis, trombosis, dan emboli, penampang pembuluh darah akan menyempit, bahkan menjadi tersumbat. Ini disebut sebagai tahanan pembuluh darah otak atau resistensi jaringan (RJ).
3. Faktor Darah Sendiri, disebut juga faktor hemereologi, yaitu menyangkut kekentalan dan viskositas darah, sifat-sifat sel darah, misalnya fleksibilitas sel darah merah dan kemampuan darah untuk koagulasi.
Patologi pada stroke non hemoragic ini antara lain :Gangguan aliran darah otak akan timbul perbedaan daerah jaringan otak.
1)Tekanan darah sistemik meningkat sehingga pembuluh serebral menjadi vasospasme (vasokonstriksi).
2)Pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa.
3)Tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat.
4)Terjadi hiperemia, edema, dan perdarahan pada otak karena pembuluh darah pecah.
5)Pembuluh darah yang mengalami penyumbatan.
6)Adanya abnormalitas di otak.
7)Konsentrasi lipid darah yang abnormal.
8)Menurunnya kerusakan otak sekunder dan rehabilitasi.
G. PROSES FISIOTERAPI
Problematik fisioterapi :
1)Impairment : pasien mengalami kelemahan pada anggota tubuh bagian kanan dengan kata lain terjadinya penurunan tonus pada anggota tubuh bagian kanan, Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada anggota tubuh bagian kanan, Bicara tidak jelas, sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan atau gangguan bicara berupa pelo, adanya atrofi pada lengan atas dekstra.
2)Fungtional limitation : pasien mengalami kesulitan bila mengangkat tangan kanannya meremas/menggenggam,menunjuk, menendang dengan kaki kanannya karena adanya kelemahan. Pasien belum mampu melakukan ADL dengan mandiri.
3)Disability : pasien tidak dapat bersosialisasi lagi dengan lingkungan sekitarnya oleh karena penyakit yang dideritanya.
1.Tindakan Fisioterapi :
Modalitas terpilih : ES, Massage, Exercise terapi.
a.Exercise therapy :
1)Breathing Exercise
2)Active Movement
3)Passive Movement
4)Change position
b.Latihan lain yang diperlukan :
1)Program latihan di tempat tidur
2)Program latihan duduk
3)Program latihan keseimbangan dan berdiri serta berjalan.
c.Melakukan rangsangan sensorinya dengan Hammer untuk merangsang kembali syaraf-syaraf pada bagian yang lumpuh.
d.Home Program :
1)Rajin berolahraga
2)Bila perokok, maka ubah gaya hidup untuk tidak merokok
3)Bila kolesterol tinggi, maka lakukanlah program penurunan kolesterol
4)Selalu aktif bergerak dan tetap melakukan aktifitas sejauh kemampuan penderita.
2.Tujuan tindakan Fisioterapi :
a.Mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat bed rest yang lama.
b.Menghambat tingkat flacidnya
c.Merangsang timbulnya tonus kearah normal, pola gerak dan koordinasi gerak.
d.Meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional.
Minggu, 19 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar